Kamis, 24 Februari 2011

Sumber Bakteri & Parasit

Masih segar dalam ingatan kita, sewaktu wabah banjir melanda Jakarta. Wabah penyakit leptospirosis menyerang manusia dan hewan-hewan peliharaan, bahkan sampai menimbulkan korban jiwa. Penyakit akibat bakteri Leptospira yang dibawa tikus ini punya mekanisme penularan yang sangat mudah, yakni melalui urine tikus. Penyakit ini tak hanya menyebar ke manusia, namun juga anjing dan kucing.
"Urine tikus yang mencemari tempat makan hewan itulah yang menularkan penyakit ini pada binatang peliharaan kita," ujar Yeye.
Lesu, lemah, tidak nafsu makan, muntah-muntah, adalah gejala yang bisa kita lihat bila anjing atau kucing mengidap penyakit tersebut. "Bila infeksi berlanjut, bakteri leptospira akan menyerang livernya sehingga selaput lendir anjing akan berwarna kuning," ungkap Yeye. "Akibatnya, tubuh hewan akan berwarna kuning."
Yang perlu diwaspadai, si kecil juga bisa terjangkit penyakit ini. Luka yang terbuka, bila bersentuhan dengan selaput lendir hewan yang sudah terjangkit penyakit ini bisa menjadi jalan masuknya bakteri ke tubuh anak. Begitu juga melalui gigitan. "Gejala yang mudah diamati pada anak biasanya flu yang berkepanjangan. Segera bawa ke dokter anak supaya dites darahnya, apakah ada infeksi bakteri ini atau tidak."
Selain bakteri, parasit juga mudah hinggap pada hewan peliharaan kita. Ektoparasit merupakan parasit yang biasa menyerang tubuh bagian luar hewan peliharaan, sehingga menimbulkan scabies (kudis) pada kucing atau demodex pada anjing. Dengan bersentuhan langsung dengan kucing atau anjing yang terkena parasit ini, parasit ini dengan mudah juga hinggap ke kulit anak.
Scabies pada kucing mudah diamati, yakni melalui ujung telinganya, karena bagian ini paling mudah diserang. "Scabies ini bisa disembuhkan dengan suntikan ivermectin dengan dosis tertentu atau dengan salep scabicid atau scabimite," terang dokter hewan yang enerjik ini. "Ulangi lagi pengobatan ini setelah 2 minggu dari pengobatan pertama sampai kucing sembuh."
Sedangkan demodex biasanya menyerang anjing. Parasit yang satu ini hidup di akar rambut, sehingga bila anjing kita terus menggaruk-garuk badannya, bisa dipastikan ia terserang parasit itu. "Penanganannya, mandikan anjing dengan shower yang bertekanan tinggi (hydrobath). Akan lebih efektif lagi bila dipadu dengan obat-obatan yang biasa kita sebut Amitras," ungkapnya. "Lakukan lagi pengobatan ini setelah 1 minggu dari pengobatan pertama, sampai minimal 8 kali. Kalau demodex-nya terbilang parah, dokter akan memberikan antibiotik Lincosin."
Masih ada lagi jenis endoparasit, yakni parasit yang menyerang hewan dari dalam tubuh, misalnya cacing. Anjing maupun kucing yang telah terserang penyakit ini biasanya lesu dan nafsu makannya berkurang. "Untuk mengurangi dan menghilangkan parasit ini, gunakan obat cacing khusus untuk hewan," terang dokter hewan yang telah bertugas di RS Hewan Jakarta sejak tahun 1993 ini. "Sebaiknya setiap 2 bulan sekali obat cacing diberikan, selama 6 bulan."
Hati-hati Lalapan!
Lalapan, telur dan daging setengah matang, bagi sebagian orang adalah makanan favorit. Namun makanan tersebut juga sangat berisiko dihinggapi parasit toksoplasma dan menyebabkan toksoplasmosis, bila penanganannya tidak benar. "Parasit ini sebenarnya berasal dari feses kucing yang mengandung ookista. Tetapi makhluk bersel satu ini akan berkembang biak dengan sempurna bila bersentuhan dengan tanah. Sebaliknya bila kotoran itu langsung terkena air yang mengalir seperti selokan, tidak akan menimbulkan dampak apa-apa," jelas Yeye.
Feses kucing yang kering dengan mudah terbawa angin, sehingga bersentuhan dengan banyak benda, termasuk rerumputan dan sayuran. Anjing, ayam, kambing, atau hewan ternak lainnya, bila mengonsumsi rumput yang telah terkontaminasi parasit ini dengan sendirinya tubuh atau daging mereka mengandung parasit ini. Jika daging hewan yang
mengandung parasit ini cuma dimasak setengah matang, parasit ini akan dengan nyaman hinggap dan hidup di dalam tubuh kita. Sayuran segar untuk lalapan, bila tidak dicuci dengan air bersih yang mengalir, juga berisiko menyumbangkan parasit ini.
Bagi wanita hamil, parasit ini bisa menjadi biang keladi terjadinya keguguran. Karenanya, wanita hamil sebaiknya tidak berhubungan langsung dengan hewan peliharaan, sebelum hewan peliharaan bebas dari segala macam penyakit. Sedangkan pada anak, parasit toksoplasma yang hidup di dalam tubuh, sedikit banyak akan mengganggu proses metabolisme. Flu, kejang atau pegal-pegal pada otot, biasanya gejala awal yang dirasakan penderita, 4-5 hari setelah terinfeksi parasit ini. Bila ini diabaikan, akan timbul gejala lain yang lebih gawat lagi, yakni meningitis. "Tes darah khusus untuk parasit toksoplasma, merupakan cara tepat untuk memastikan apakah penyakit yang sedang diderita anak disebabkan oleh parasit toksoplasma atau bukan," tegas Yeye. "Jadi kuncinya, memelihara hewan peliharaan boleh-boleh saja, tapi menjaga kesehatan mereka juga mutlak dilakukan."
Bleki, Puspus, Ayo Vaksinasi Dulu!
Anjing dan kucing pun perlu divaksinasi, layaknya manusia. Bahkan jenis vaksinasinya hampir sama banyak!
Anjing
1. Di usia 2 bulan, beri vaksinasi parvovirus, distemper, adenovirus (hepatitis), dan leptospira parainfluenza
2. Tiga bulan kemudian, ulangi vaksinasi di atas
3. Empat bulan kemudian, beri vaksinasi rabies (boleh diberikan saat usia anjing lebih dari 3 bulan). Bisa juga vaksinasi ulang parvo, distemper, hepatitis, dan leptospira
4. Ulangi semua vaksinasi setahun kemudian, lalu setiap 3 tahun.
Kucing
1. Di usia 2 bulan, beri vaksinasi klamidia, rhinotracheitis, calicivirus, panleukopenia. Ketiga vaksinasi terakhir untuk mencegah virus yang menyerang saluran pencernaan. Tapi vaksinasi ini bukan untuk kucing yang bunting atau berusia kurang dari 1 bulan
2. Setelah 3 bulan, ulangi lagi vaksinasi di atas
3. Empat bulan kemudian, beri vaksinasi rabies. Bisa juga vaksinasi ulang rhinotracheitis, calicivirus, panleukopenia dan klamidia
4. Ulangi semua vaksinasi setahun kemudian, lalu setiap 3 tahun.
Feses Burung Bisa Bermasalah
Burung tak cuma menyebabkan flu burung, seperti yang baru-baru ini kembali melanda Vietnam dan Hongkong. Jamur Criptococcus neoformans yang tumbuh di feses burung pun bisa menjadi penyebab gangguan pernafasan dan batuk kronis pada manusia. Kontak langsung dengan burung juga berisiko bila burung itu telah mengidap jamur cripto.
Sayangnya, pengobatannya belum ada. Yang bisa dilakukan ya, rajin membersihkan kandang burung. Jangan biarkan kotoran burung menumpuk di kandang.
Haa..chiii!! (Akibat Si Gugug?)
Hidung si kecil meler terus, sementara matanya berair? Bisa jadi dia kena alergi akibat serpihan kulit atau bulu si gugug atau si meong. Sekitar 6-15% masyarakat diperkirakan rentan alergi hewan peliharaan. Apalagi jika kecenderungan alergi memang sudah ada pada keluarga. Anak pengidap asma lebih rentan lagi kena alergi ini, dan bisa membuat asma makin parah.
Jalan satu-satunya ya, jaga kebersihan dan kesehatan hewan, sehingga tidak jadi 'produsen' serpihan ini. Hindari terlalu sering kontak dengan hewan. Ceklah sensitivitas si kecil terhadap alergi dengan membawanya ke klinik alergi.
Jangan Mencium, Jangan Mau Dijilati!
Mau aman dari penyakit akibat hewan peliharaan? Yuk, simak petunjuk Centers for Disease Control and Prevention ini:
Selalu basuh tangan dengan air dan sabun setelah bermain atau memegang hewan peliharaan, apalagi kalau hendak makan atau memegang makanan
Perhatikan makanan dan minuman hewan. Beri hanya makanan khusus hewan atau yang dimasak matang betul. Jangan beri makanan mentah atau setengah matang. Jangan biarkan hewan minum dari lubang toilet, mengorek-ngorek sampah, atau mencari kotoran hewan lain
Jangan memegang hewan yang tengah kena diare. Jika diare si pus atau si gugug lebih dari 2 hari, bawa ke dokter hewan
Jangan membawa ke rumah hewan yang tengah sakit. Jika membawa hewan dari pet shop atau pembiakan hewan, periksa kondisi dan sanitasi tempat tersebut
Jangan menyentuh atau hewan yang telantar karena kita bisa dicakar atau digigit. Hewan ini juga bisa membawa banyak bibit penyakit
Jangan pernah menyentuh feses hewan apapun!
Jika sedang sakit atau hamil, minta orang lain membersihkan kandang atau tempat kotoran hewan. Jika harus membersihkan sendiri, kenakan sarung tangan plastik atau karet dan segera basuh tangan dengan air dan sabun
Potong kuku kucing agar tidak mencakar kita. Jika kena cakar atau digigit, segera basuh dengan air dan sabun dan segera ke dokter hewan
Jangan biarkan si meong atau si gugug menjilati mulut atau luka di badan kita
Jangan mencium hewan peliharaan!
Bersihkan kutu, lalat dan serangga lain dari hewan peliharaan
Hindari memelihara hewan langka atau liar seperti monyet, musang, anak singa, kucing liar, kelelawar, atau tupai
Hindari reptil seperti ular, biawak, iguana, atau kura-kura. Jika menyentuh reptil apapun segera basuh tangan dengan air dan sabun
Jika mengunjungi rumah teman atau saudara yang memelihara hewan, lakukan tindakan pencegahan yang sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar